Rabu, 05 Februari 2020

Terserah

Entah perasaan apa yang hinggap didadaku saat ini. Rasa lega bahwa aku telah menceritakan kepadamu tentang si dia. Melihat reaksimu yang terlihat senang malah membuat aku sedih. Mengetaui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar atas apa yang kamu ucapkan.

Pada kenyataannya malam setelah aku mengatakan tentang si dia kepadamu, aku sangat ingin menghubungimu. Ingin rasanya membuka permbicaraan lagi seperti hari kemarin. tapi ada batasan yang harus aku patuhi. Aku berjanji untuk tidak menguhubungimu jika memang bukan urusan yang penting. Berkali-kali aku melihat avatar bigomu, berkali-kali pula aku melihat pesan WA kita yang lalu (yang jarang sekali kamu balas hmm). Aaaahh aku terlalu takut kehilangan kamu. Jika aku melanggarnya, kamu pasti akan blokir nomorku. Situasi yang menyebalkan.

Robot, aku ingin jujur sama kamu. Pada malam aku menceritakan tentang si dia, aku belum menerima dia kembali. Rasanya sulit untuk kembali. Sulit untuk kembali pada hal yang sudah aku putuskan untuk aku tinggalkan. Hanya saja aku tidak menceritakan hal ini kepadamu, karena kamu sudah menunjukan bahwa kamu senang dengan itu. Senang bahwa aku bisa kembali pada si dia. Kamu terlalu sering menebak dan memotong perkataan orang, sehingga kadang aku berfikir ulang untuk mengatakan sesuatu kepadamu.

Iya, memang hubungan yang telah dibangun dengan jarak waktu yang lama, sangat disayangkan untuk diakhiri dengan begitu saja. Pada kenyataannya aku juga merasakan hal yang menyesakan, berusaha tidak perduli dengan apa yang dia lakukan, berusaha mengabaikan semua rencana yang selama ini terbayang, apalagi mengikhlaskan seseorang yang selama ini  bersamaku. 

Aku telah jujur kepadamu juga, bahwa kamu menjadi seseorang yang aku gunakan untuk menguji perasaanku. Maaf. Awalnya aku hanya ingin tahu, bisakah aku mengatakan suka kepada laki-laki baru? laki-laki yang belum pernah aku lihat secara lansung. Hanya yakin bahwa kamu orang yang bisa aku percaya melalui pembicaraan kita sebelumnya. Ternyata aku malah terjebak perasaan kepadamu. Pada sesuatu yang aku nggak bisa temukan jawabanya sampai sekarang. Aku sempat ragu, apakah ini sesungguhnya atau hanya menyukai pada hal yang baru? seperti yang kamu katakan, aku memutuskan untuk tidak menguhubungimu terlalu sering, tidak mau mencari tau tentangmu terlalu dalam lagi. Pada akhirnya aku tetap menunggu telefonmu. Waktu sesingkat itu aku ? Iya, kamu boleh anggap aku bercanda. Memang begitu keadaannya. 

Aku memutuskan untuk tidak mengatakan hal ini kepadamu selamanya. Aku hanya tahu bahwa kamu sebentar lagi akan menikah. Bulan Maret di tahun ini. Aku ingin melepaskan saja. Pada pembicaraan kita yang terakhir tentang dia, kalau kamu sadar, banyak kata-kataku yang belum bisa mengikhlaskan kamu dengan yang lain. Membuka kesempatan padamu untuk datang ke rumah (Aku senang sekali jika itu terjadi robot), tapi aku yakin kamu tidak akan melakukan itu dengan pengetahuanmu yang sekarang. 

Robot, terima kasih sudah kirim foto kamu bareng Umi. Akhirnya aku tahu Umi kamu. Berharap suatu saat bisa bertemu langsung. Aamiin. 

Bukan untuk pamit kutulis ini, hanya saja ingin rasanya semua yang aku rasakan tersimpan disini.

Jika diberi pilihan, Siapa yang aku pilih diantara kalian? Aku bisa jawab dengan yakin, KAMU. 
Tapi aku takut, kamu tidak memilihku.


.
.
.
.
 ( To Be Continue )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar